Rabu, 13 Oktober 2010

Sepenggal Tanya Untuk Sutradara Mimpi

Untuk sutradara mimpi,


Aku tahu kau bukan penyusun cerita dengan kemampuan baik. Kau berkisah kepadaku dengan buruk. Ceritamu melompat-lompat, tak beratur.
Namun tak pernah aku peduli. Untuk sekian tahun, buah karyamu membuat tidurku berwarna.
Namun apa yang kau tunjukkan padaku memantik sepenggal tanya di sini.
Mengapa terus ku mimpikan Dia?


Hey sutradara mimpi, seperti apa hubungan kita?
Kau sutradara, aku penonton.
Kau yang mencipta, aku yang menikmati.
Kau membaca seleraku, namun aku tak punya apa-apa untuk mengusik keasyikanmu.
Kau berharap agar aku tergila-gila kepada ciptaanmu.
Apakah kau menampilkannya, hanya karena Dia sedang memenuhi antusiasmeku saat ini?


Hey sutradara mimpi, seperti apa hubungan kita?
Kau sutradara, aku produser.
Kau yang menciptakan, aku yang mendanai.
Kau bekerja atas keputusanku.
Lalu apa aku selalu menyetujui segala ide yang kau ajukan?


Hey sutradara mimpi, seperti apa hubungan kita?
Kau sutradara, aku juru casting.
Kau yang menciptakan, aku yang mengusulkan siapa yang bermain,dan itu Dia.
Kau harus berkata 'ya' tentang rekomendasi dariku, namun kau berhak menolak itu.
Pada awalnya aku yang membawakannya untukmu, tapi apa kau kecanduan untuk memainkannya?


Hey sutradara mimpi, serumit apa hubungan kita?
Di bagian mana dalam tubuhku, kau tinggal?
Sebesar apa aku mampu memengaruhimu?
Dan mengapa tak bosan kau mainkan Dia?


Mungkinkah kau adalah aku sendiri?



Untuk sutradara mimpi.
Karena pagi ini, aku  kembali memimpikan Dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar