Jumat, 25 Februari 2011

Nadir

" Jika manusia masih melakukan sesuatu ketika Ia tahu ada hal yang jauh lebih besar dan mendasar yang jelas bermasalah, maka yang dilakukan manusia tersebut tidaklah lebih dari pembenaran, rutinitas, dan ritualitas "

Mengada-Ada

Kamis, 17 Februari 2010


Masih di rutinitas yang kencang membelenggu, mengharuskanku pulang jam 1 malam. Malam itu aku mengantuk.
Kampus sedang hangat oleh isu yang disebut banyak orang sebagai teror. Kepala babi guling, closet WC dibakar, hingga direspon oleh pihak rektorat dengan patroli malam, menegakkan aturan bahwa tidak boleh ada lagi mahasiswa di atas jam 11 malam. Suasana kampus menjadi mencekam tiap malam, entah itu natural atau rekayasa, atau malah sugesti alam bawah sadar mahasiswa yang tidak normal hidupnya.


Aku pun pulang bersama L **** XQ. Keluar dari portal yang otomatis menutup sesaat setelah aku melewatinya. Mata ini mengantuk. Aku bermotor pulang dengan sisa-sisa tenaga.


30 meter dari portal parkiran, kubiarkan motor digoncangkan oleh lubang-lubang jalan yang sayangnya bisa ada di depan institut ini. Lubang-lubang tidak membantu untuk melambat atau menghilangkan kantuk. Sedikit lagi aku melewati gerbang ITB.


Di gerbang utama kampus. Tepat di bawah tiang bendera. Seseorang jongkok terihat seperti membenahi sesuatu. Aku curiga. Buat apa orang seperti dia berada di kampus, apalagi dengan posisi demikian? Jangan-jangan dia yang meneror tempatku belajar.


Lalu kulihat di depan si pria jongkok. Sebuah sosok panjang, putih, seukuran pria dewasa juga, duduk di sesuatu yang entah apa. Putih dia terbungkus kain. Dia makhluk yang sering kulihat di film-film horor Indonesia. Jelas sekali itu pocong. Aku terperanjat. Seperti ini rasanya melihat makhluk yang belum pernah kulihat. Namun hanya 10 meter lepas dari lokasinya, otakku berhasil merasionalkan semuanya. Itu orang. Terlebih, mereka berdua mungkin cuma pembuat onar. Aku bangga punya otak yang bisa logis.


Sampai di kamar sewa, aku kirim pesan kepada teman yang masih ada di kampus. Aku harap mereka bisa memeriksa kejadian yang baru kulihat. Pergilah mereka ke gerbang utama. Menurut satpam, tidak ada siapa-siapa dari tadi. Aku mencoba kembali rasional.


Esoknya, kubawa ceritaku ke mana-mana. Semua orang heran bertanya tanya. Aku masih yakin yang kulihat adalah manusia. Lalu karena tidak ada lagi yang bisa diceritakan, kubiarkan cerita itu hilang, sampai tidak ada yang peduli, termasuk aku.


Senin, 21 Februari 2011. www.kaskus.us. Kutemukan jawabannya. Yang kulihat memang manusia. Reaksi mahasiswa terhadap isu kampus yang janggal. Biasa, mahasiswa seni rupa. Kali ini, otakku yang menang.