Indomie membuat setiap orang bisa menyajikannya dengan tangannya sendiri. Sesuatu yang tidak menarik tidak akan dikerjakan. Apalagi kalau itu dari nol, yang dalam bahasa lain saya katakan masih ada unsur belajar di dalamnya. Namun rata-rata anak usia 10 tahun pun sudah bisa menyajikan Indomie. Berarti Indomie menarik, bukan?
Indomie memang enak, kok. Apapun zat berbahaya yang Ia kandung. Sudah pernah menyantap Indomie tanpa dimasak? Tumbuk mienya selagi kemasan belum dibuka, lalu campurkan semua bumbu dan kecap sausnya ke dalam mie yang masih keras-keras itu. Wow, itu lebih nikmat dari Mie Kremez. Hajar saja MSG nya, telan saja mie beserta formalinnya, atau semua pengawet-pengawetnya. Toh kita masih tahu batasan dan punya antibody.
Orang bilang Indomie membuat otak menciut. Namun Indomie juga dimakan oleh mahasiswa-mahasiswi. Setelah makan Indomie, belajar saja yang tekun. Kalau Indomie mengurangi, maka belajar menambah. Nol kan jadinya. Jadi tidak ada ruang untuk menjadikan Indomie sebagai biang kegagalan. Kenyataannya memang belum ada pelajar yang DO karena kebanyakan makan Indomie.
Pernah malam-malam kelaparan saat semua warung makan telah tutup? Sebelum 14045 ada nih. Bisa jadi orang-orang yang mengalami itu merasa akan segera mati. Tapi tenang, masak saja Indomie. Pikiran akan mati pun segera pergi. Lalu bagaimana dengan korban-korban bencana alam? Bukankah mereka acap kali dibantu dengan kiriman bahan makanan yang ternyata adalah Indomie? Kenyataannya memang Indomie telah menyelamatkan banyak nyawa, bukan sebaliknya.
Mikir kok susah banget. Hehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar