Jumat, 04 Juni 2010

Ngeblog!

Kebanyakan manusia seumur aku sudah memahami betul apa saja keasyikan di dunia maya.
Mereka tahu betul bagaimana cara meleburkan diri mereka dalam pergaulan era informatika ini. Facebook, Twitter, Tumblr, atau apalagi lah yang aku tak tahu. Oh iya, masih ada Friendster. Dan aku tahu Friendster. Hehe.


Tapi aku bukan orang yang paham. Aku tidak dianugerahi kemampuan berkomunikasi dan (orang bilang) silaturahmi yang seperti itu. Oke, aku batasi kegiatan ber-facebook, karena memang di situ saja aku cukup aktif. Aku suka mengcomment status orang, foto gila, notes orang, dan yang seperti itu. Menurutku itu adalah hal yang tidak bisa dilakukan setiap kita bertemu langsung. Bahkan orang-orang yang sebetulnya pendiam pun bisa jadi monster pembuli berdarah hangat ketika menuliskan komentarnya.


Seru memang, tapi betul kata seniorku, itu jauh dari bermanfaat. Kenapa? Itu menghibur kan? Memang, tapi manfaat tidak dilihat dari sejauh mana dia menguntungkan kita, tapi manfaat adalah dilihat dari perbandingan seberapa dia menguntungkan dan seberapa dia merugikan. Aku bukan seorang idealis gila yang langsung menonaktifkan akun facebook saat itu juga. Tapi memang pada dasarnya aku bukan pejuang facebook yang lebih rela mati daripada tidak boleh membuka facebook selama 7 menit.Ya iyalah.


Pernah suatu ketika, aku telah lama menghilang dari peredaran facebook selama kurang lebih 1 bulan. Itu adalah angka yang fantastis karena aku pikir seperduabelas dari populasi penduduk dunia bisa mati kalau melakukan hal gila ini. Dan dengan perasaan takut, takut akan ada berita penting yang aku lewatkan, takut kalau-kalau Pevita Pearce mengirimiku sebuah hug atau kiss namun aku mengacuhkannya, takut kalau-kalau aku melewatkan undangan Bapak SBY untuk berlibur bersama keluarganya, takut ini,takut itu.
Perasaanku campur aduk saat itu.
Keringat dingin berucucuran.
Kakiku gemetaran.
Jantungku berdegup cukup kencang.
Cukup.


Oke, dan kumasukkanlah username serta password kebanggaanku. Dan ternyata!
Gila!
Tidak ada satupun notif yang nampak!
Ini gila! Ini luar biasa!


Kini terlintas pertanyaan.
Apakah semua orang telah mematuhi fatwa haram mengakses facebook?
Apakah Korea Utara mengancam siapa saja yang mengakses facebook akan mereka kirimi sebuah rudal Taepodong berdaya jelajah 12000 km?
Apakah admin facebook mengira aku telah berhenti menggunakan layanannya dan berpaling kembali ke Friendster?
Bagaimanapun, yang jelas, 1 bulan tanpa notification!!


Segera aku tuliskan perasaan hatiku di status.
Dan sign out dengan hati yang terluka.
"Gokil, sebulan ga buka facebook, pas buka ga ada notif satupun! Gue tutup aja nih user!". Itu yang kutulis.
Hahaha. Terlihat sekali bagaimana seorang pemuda labil mengekspresikan kekecewaannya. Jangan-jangan sehari kemudian berita tentang pemuda labil ini menjadi hot thread di forum sebelah. Semoga saja tidak.


Tak kusangka status yang berbau duka yang teramat dalam itu mendapat respons manis dari kawan-kawan.
Puluhan orang memberikan nasihat yang cukup untuk membuatku mengurungkan niat untuk menutup akun.
Nasihat yang sangat berarti datang dari Bapak ku sendiri.
"Daripada ditutup, pakailah buat share ilmu"
Share ilmu?


Lalu terngiang lagi pertanyaan di kepalaku.
Memang bisa ilmu dishare di sana?
Memang buat apa aku menshare ilmuku?
Dan yang paling down to earth, Memang aku punya ilmu?
Itu tak terpikirkan olehku sebelumnya.


Lalu kuingat ketika aku mengalami masa-masa yang menarik.
Masa-masa bahagia, duka, masa-masa penuh cinta, saat-saat aku berada di atas ataupun di bawah roda kehidupan. Semuanya aku lalui begitu saja. Kenangan itu hanya menjadi milikku, milik ingatanku.
Padahal seandainya aku bisa membagi pengalaman itu, maka bisa jadi pengalamanku akan menolong orang lain, membantu orang lain. Setidaknya itu menjadi publikasi yang akan menjadi menarik ketika aku tua nanti, ketika kubacakan kepada anak-anakku nanti. Dan aku tidak perlu berharap pengalamanku akan dilihat orang.


Dan aku adalah pembelajar. Aku ingin belajar.
Aku ingin menulis sebaik aku berpikir.
Aku ingin menulis sebaik aku berbicara.
Aku ingin menulis sebaik aku bertindak.
Walaupun aku belum baik dalam semuanya.
Aku ingin mempelajari semuanya. Aku ingin mempelajari apa yang menurutku bisa untuk dipelajari. Sporadis. Segala hal.


Aku haus akan kemampuan dan pengetahuan. Tak peduli orang berkata apa.
Aku ingin seperti big bang yang meledak ke semua penjuru.
Aku ingin seperti air pori yang menekan segala arah.
Tidak masalah. Inilah gaya belajarku.
Setidaknya sampai aku menemukan jalur terdekat untuk aku menekan. Untuk aku menyelesaikan ledakanku. Sampai aku menemukan hal apa yang merupakan bakatku.


Sehingga aku memutuskan untuk menumpahkan segala isi kepalaku di sini.
Dalam dunia baru yang aku punya harapan kepadanya.
Ngeblog!
Untuk aku belajar.
Untuk aku mengukur diri.
Untuk aku membacanya lagi suatu saat nanti.
Sempit dan egois, namun aku tak peduli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar