Minggu, 26 September 2010

Sampai Kapan Boleh Salah?

Menangis.
Menangis adalah ungkapan perasaan. Menangis, bagi beberapa pria mungkin adalah kesalahan.
Ketika kita, pria atau wanita, seorang biduan atau juru penggal, lahir ke dunia, kita menangis.
Tapi kita boleh menangis. Menangis di usia itu adalah kebutuhan. Menangis adalah sebuah proses menjadi manusia kuat.
Kita boleh menangis. Kita boleh "salah".


Berbohong.
Berbohong itu salah.
Ketika kita di bangku TK, kita berbohong untuk menutupi puasa kita yang telah batal.
Tahukah Ibu kita? Mungkin.-bisa jadi Ibu pun pernah melakukannya-
Tapi kita sedang belajar. Kita berbohong demi sebuah proses belajar ibadah yang kita sendiri tak sadari. Dan Ibu pun tersenyum di saat yang sama ketika kita tertawa karena merasa berhasil mengelabui Ibu.
Kita boleh bohong. Kita boleh "salah".


Mencuri.
Mencuri itu mutlak salah.
Ketika kita pulang sekolah, kita melihat mangga yang ranum menggelantung di pohon tetangga. Lalu kita mengambilnya, bersama-sama, tanpa membangunkan yang memilikinya.
Namun mencuri di sana adalah proses pengenalan kepada kita akan nilai-nilai kehidupan. Tentang kerjasama, kecakapan, melawan rasa takut, dan berbagi.
Kita boleh mencuri. Kita boleh "salah".


Berkelit.
Berkelit bisa benar bisa salah.
Saat kita menabrakkan mobil Ayah, kita berkelit meyalahkan pihak lain-lah yang menyebabkan kecelakaan.
Berkelit di sana adalah tindak defensif. Berkelit adalah penutup kebenaran yang sempurna. Namun berkelit ada dalam proses pembentukan kedewasaan kita dalam berterus terang.
Kita pun boleh berkelit. Kita boleh "salah".


Membunuh.
Membunuh jelas salah.
Membunuh untuk membela diri, membunuh untuk kenyamanan pribadi, membunuh untuk menghancurkan usaha pesaing.
Namun membunuh yang bagaimanapun bisa jadi merupakan sebuah proses untuk kembali ke jalan Tuhan. Mengenal Tuhan lebih jauh. Memutar kendali kehidupan menuju jalan yang secara hakiki, benar.
Kita boleh membunuh. Kita boleh "salah".




Kesalahan adalah sebuah hal yang kecil dalam hidup. Beberapa buah kesalahan ada dalam proses untuk menuju sebuah kebenaran. Kesalahan itu menyakitkan, namun suatu saat kita akan benar setelah melakukan kesalahan. Kesalahan adalah cara yang alami bagi manusia yang hendak menggapai kebenaran.
Salahlah, belajarlah, ketika gagal, maka salahlah sekali lagi, begitu seterusnya, dan menjadilah benar.


Lalu pertanyaannya. Sampai kapan kita ikut dalam proses itu?
Sampai kapan kita akan belajar di atas penderitaan manusia yang lain?
Perlukah orang lain menanggung kesakitan demi kebenaran yang ingin kita tuju?
Demi kebaikan kita sendiri?


"Sampai kapan kita boleh salah?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar