Kamis, 09 September 2010

Aku Selalu Ingin Pulang

Manusia perantau mempunyai perasaan lebih kepada apa yang disebut dengan liburan. Libur, bagi mereka, bukan hanya hari-hari indah pelepas lelah dan pemutus bosan akan kuliah. Seperti yang kita tahu, mayoritas manusia-manusia perantau akan melakukan aktivitas pulang kampung di saat-saat libur kuliah. Inilah yang membuat feeling mereka akan hari libur itu terasa berbeda. Ya, pulang kampung artinya kembali ke kota asal, artinya bertemu dengan keluarga serta kawan lama. Hasrat untuk melepas lelah pun diakumulasi dengan keinginan untuk melepas kangen. Kangen akan apapun. Suasana kota, sikap orang-orang di sana, tawa duka keluarga, pujaan hati, semuanya. Betapa bahagia saat seorang manusia yang sekian lama pergi jauh dari ibunya tempat dulu ia dikandung dan menyusu, dari ayahnya tempat dulu ia meminta segala sesuatu, dari keluarganya tempat dulu ia bertumbuh, dari kawan-kawannya tempat dulu ia menyusun cerita hidup, pada suatu waktu yang relatif singkat dapat kembali. Betapa libur menjadi satu momen yang indah bagi manusia-manusia perantau.


Aku seperti kebanyakan perantau. Memperoleh makna dari hari libur lewat bagaimana sulitnya menyisihkan uang makan untuk membeli tiket, bagaimana susahnya mencari tiket pulang, bagaimana membosankannya perjalanan yang pulang, hingga bagaimana bahagianya dapat melihat wajah-wajah orang yang sekian lama menanti aku pulang, dan sampai rumah. Bahkan apa yang disebut kehangatan keluarga baru aku dapatkan setelah memutuskan untuk hidup di kota orang seperti sekarang. Perasaan yang tidak pernah ada selama aku hidup sendiri. Kiranya benar kata orang, sesuatu akan terasa nilainya saat ia tidak ada di sisimu.


Oh, mungkin aku beruntung bisa menjadi perantau. Beruntung bisa memperoleh apa yang sebelumnya tidak pernah aku peroleh. Merasakan apa yang sebelumnya tak bisa kurasakan.Memikirkan apa yang tak pernah aku coba untuk memikirkan. Ataukah ini cara yang Tuhan lakukan untuk meng-up grade aku? Karena aku kelewat tolol? Kelewat tak berperasaan? Bisa jadi. Sejelek-jeleknya aku beruntung karena telah  di-upgrade. Aku beruntung bisa menjadi perantau. Aku ingin pulang di setiap kesempatan. Membawa cerita untuk orang-orang itu. Cerita yang mungkin tidak perlu ada karena kebahagiaan mereka cukup hanya dengan melihat sang pencerita, sebagaimana bahagianya aku melihat mereka.




Tunggu aku selalu.
Ibu,
Ayah,
semuanya.


Karena aku akan selalu ingin pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar