Sabtu, 30 April 2011

Nama Bioskop

Dari dulu saya heran, kenapa nama bioskop di Indonesia mengandung nomor 21. 
Ada bioskop yang mungkin jika dialihistilahkan ke bahasa kereta, termasuk kelas bisnis. Namanya 21 (baca: twenty one). Lalu bioskop yang kelasnya lumayan eksekutif adalah XXI (baca: eks-eks-wan). Itu artinya "dua puluh satu" bukan? Namun saya tak tahu kenapa harus 21.




Jumat, 29 April 2011. Pukul 00.00.


Tanpa bermimpi apa-apa, saya langsung terbangun oleh pukulan yang bertubi-tubi. Pipi saya ditampar, perut saya diinjak, badan saya dibolak-balik.
Setelah itu saya dibawa mereka keluar, kacamata saya dilepas, jahim pun begitu. Saya pasrah. Masih banyak tamparan melayang ke pipi (terkadang ada sepasang tangan menghampiri dan menampar pipi saya dari dua arah). Sementara tongkat-tongkat panjang mulai terlihat di depan mata.


Setelah itu saya tak ingat banyak. Nyawa saya belum sepenuhnya kembali dari alam beta ketika tongkat-tongkat panjang mulai menyerang punggung saya yang dipenuhi belulang. Kurang lebih 10 orang bergantian menyarangkan sang tongkat koran ke sana dengan brutal. Panasnya berbeda-beda saat tongkat itu mendarat, tergantung jenis tongat, di mana mendaratnya, bagaimana posisi serangnya, siapa yang mengayunnya, dan apa motivasinya. Kira-kira 20 menit saya menahan amukan massa yang horny karena tiba-tiba ada manusia sansak.




Oke boy, terima kasih buat semua pukulan itu. Ada kebanggaan pada diri saya ketika sekian banyak orang turut menyerang saya dengan cara yang selama ini menjadi ciri kita. Saya paham bagaimana tradisi itu tidak masuk di akal orang pada umumnya, namun seperti itulah cara kita. Dan saya membanggakan itu, sangat membanggakan itu, entah darimana logikanya. Sekali lagi terima kasih, Kawan-Kawan.
Terima kasih untuk semua tamparan, tendangan, pukulan, kue, dan ucapan. Saya bangga terhadap kita.




Terima kasih sudah membuat 21 saya bermakna, meskipun saya masih belum tahu mengapa bioskop di mall bernama 21 dan XXI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar