Selasa, 02 April 2013

Sedikit Cerita Tertunda

Cerita kita dimulai oleh perkenalan dengan perosotan, jungkat-jungkit, dan ayunan reyot. Berlanjut di mana belajar tak ubahnya bermain, sedangkan bermain haruslah bermain kuadrat. Dan seterusnya, di mana nyaris tiap hari kita berada di sana. Berkawan, bergaya, memilih-milih sang idaman tanpa aksi. Sekolah adalah saat kita bermain-main dengan tanggung jawab dan kecemasan orang tua, meskipun nyaris tak pernah kita memikirkan hal itu. Sekolah itu sesederhana berpikir bagaimana bisa memperoleh nilai baik tanpa kehilangan waktu bermain. Tanpa sadar, bersekolah, terlepas itu SD atau SMP atau SMA atau bahkan kuliah, adalah zona nyaman bagi kita, dan kurasa juga berlaku buat semua.

Sampai aku, antara terpaksa dan tidak, harus memutuskan akhirnya seperti apa. Pada saatnya akan datang masa untuk tiap-tiap manusia. Selesai, dan terimalah. Terima kasih atas cerita selama delapan belas tahun ke belakang. Terima kasih Kau kenalkan aku kepada banyak sekali manusia hebat selama periode itu. Terima kasih, terima kasih, Tuhan. Mudahkan aku untuk menyapa mereka esok saat kami sudah berjalan masing-masing di berbagai penjuru galaksi. Dan izinkan aku untuk kembali bersekolah suatu saat nanti. Memperpanjang sedikit lagi masa delapan belas tahun itu.

Bandung, Rabu, 12 September 2012.

 

Permainan virtual mengajarkan bahwa perjuangan paling melelahkan adalah menjelang finish. Memang seperti itu adanya. Tidak mudah, namun sungguh mengasyikkan. Pesannya sederhana: Nikmati momen jatuh-bangun yang sudah satu paket. Jangan pernah mengeluh, karena yang sedang kalian lakukan adalah membuat ending paling sempurna dari ceritamu sendiri. Hargai itu, perjuangkan itu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar