Sabtu, 21 April 2012

Kepekaan Jaman Modern

Sebuah pesan dari senior saya di unit Loedroek, "Anak jaman sekarang ini semakin sensitif. Sedikit-sedikit minta maaf, sedikit-sedikit bilang terima kasih. Itu kelihatan baik, namun sebenarnya tidak. Hati-hati dengan terlalu sensitif". Pesan yang sukar untuk dipahami. 


Menurutku, benar jika di zaman sekarang anak muda menjadi semakin sensitif. Mudahnya berkomunikasi menggunakan satelit atau kabel memperkecil intensitas orang untuk bertukar sapa secara langsung. Semakin jarang kita bertatap muka dengan orang lain, semakin sedikit waktu kita untuk memahami ekspresi manusia. Seragamnya susunan alfabet di monitor membuat kita semakin tidak peka terhadap perasaan yang ada di balik tinggi rendahnya intonasi bicara seseorang. Sehingga setiap kali bertemu, akan banyak sekali permintaan maaf atau ucapan terima kasih sebagai cara untuk menghindari kesalahan dalam menangkap ekspresi lawan bicara. Kita semakin tidak sensitif terhadap perasaan orang, namun bertindak terlalu sensitif untuk mengantisipasi kekurangan kita itu.




Ada bentuk ketidaksensitifan lain yang menurutku hanya ada pada manusia zaman sekarang. Lagi-lagi akar masalahnya ada pada kuantitas waktu manusia untuk bersua muka. Kini manusia semakin pandai, sehingga bisa memperhitungkan kapan waktu terbaik untuk menyapa langsung orang-orang di sekitar kita. Kita menjadi terlalu pamrih, mempertimbangkan untung dan rugi dari setiap sumber daya yang kita habiskan, tak terkecuali waktu. Jelas bahwa pertemuan yang sekejap dan terlalu kental dengan unsur kepentingan akan membawa pengaruh negatif. Sekarang, orang-orang tidak lagi sensitif terhadap dampak buruk dari perbuatannya terhadap orang lain, meskipun mereka semakin pandai dan semakin taat. Bukankah Islam mengajarkan hablu minaallah dan hablu minaannas? Hati-hati dengan sikap oportunis, kawan.


Berjumpalah dengan kawan, berkomunikasilah dengan ekspresi yang tanpa batas. Marahlah, menangislah, kita belajar lagi tentang kepekaan manusia. Zaman boleh serba cepat, namun kita dilarang membuang muka dari kesengsaraan orang lain. Waktu yang ada di dunia bukan semata-mata untuk kemajuan diri atau hubungan dengan Sang Pencipta, melainkan juga untuk memikirkan manusia lain di sekitar kita. Ayo kawan, kita tumbuhkan kembali sikap sensitif manusia yang sebenar-benarnya!